MAKALAH
ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN HIPERFUNGSI HIPOFISIS
Di
Susun Oleh
Ni
Nyoman Dessry Arrisandy
Yulia
Safwati
Sri
Wahyuni
Denda
Anggraini Hidayat
L
Agung Adiguna
Herny
Setyaningsih
SEKOLAH
TINGGI KESEHATAN (STIKES ) MATARAM
TAHUN
AJARAN 2013
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar
belakang
Hipofisis merupakan sebuah kelenjar sebesar kacang
polong, yang terletak di dalam struktur bertulang (sela tursika) di dasar
otak. Sela tursika melindungi hipofisa tetapi memberikan ruang yang
sangat kecil untuk mengembang.
Hiperpituitary
adalah suatu kondisi patologis yang terjadi akibat tumor atau hiperplasi
hipofisisme sehingga menyebabkan peningkatkan sekresi salah satu hormone
hipofise atau lebih
yang dikeluarkan oleh kelenjar pituitari . Hormon – hormon hipofisis lainnya
sering dikeluarkan dalam kadar yang lebih rendah. (Asuhan Keperawatan Klien
Dengan Gangguan Kelenjar Hipofise, Hotma Rumahardo, 2000 : 36)
B. Rumusan
masalah
1. Bagaimana
anatomi fisiologi kelenjar hipofisis?
2. Bagaimana
konsep gangguan hiperfungsi hipofisis?
3. Bagaimana
asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan hiperfungsi hipofisis.
C. Tujuan
1. Tujuan
umum
Memenuhi tugas yang diberikan dosen mata
kuliah endokrin II
2. Tujuan
khusus
a. Mengetahui
anatomi fisiologi kelenjar
b. Mengetahui
konsep gangguan hiperfungsi hipofisis
c. Mengetahui konsep asuhan keperawatan gangguan hiperfungsi
hipofisis
BAB II
PEMBAHASAN
A.
ANATOMI
FISIOLOGI HIPOFISIS
Hipofisis merupakan sebuah kelenjar
sebesar kacang polong, yang terletak di dalam struktur bertulang (sela tursika)
di dasar otak. Sela tursika melindungi hipofisa tetapi memberikan ruang
yang sangat kecil untuk mengembang.
Hipofisa memiliki 2 bagian yang
berbeda, yaitu lobus anterior (depan) dan lobus posterior
(belakang).Hipotalamus mengendalikan lobus anterior (adenohipofisa) dengan cara
melepaskan faktor atau zat yang menyerupai hormon, melalui pembuluh darah yang
secara langsung menghubungkan keduanya. Pengendalian lobus posterior
(neurohipofisa) dilakukan melalui impuls saraf.
Lobus anterior merupakan 80% dari berat
kelenjar hipofisa. Jika hormon yang dilepaskan terlalu banyak atau terlalu
sedikit, maka kelenjar endokrin lainnya juga akanmelepaskan hormon yang terlalu
banyak atau terlalu sedikit.
Lobus anterior menghasilkan hormon yang pada akhirnya
mengendalikan produksi dari semua organ endokrin lain.antara lain:
1.
GH/growth
hormone/ hormon pertumbuhan/somatotropik hormone/STH
Sekresi dirangsang oleh growth
hormone releasing hormone/GHRH (dari hipotalamus). GH diperlukan untuk:
·
Pertumbuhan somatik dan mempertahankan ukuran yang telah
dicapai.
·
mampu meningkatkan metabolisme lemak
·
dapat meningkatkan aliran gula ke otot
dan lemak,merangsang pembentukan protein di hati dan otot serta memperlambat
pembentukan jaringan lemak,dan mengaktifkan faktor pertumbuhan yang menyerupai
insulin
·
Efek jangka panjang dari hormon
pertumbuhan adalah menghambat pengambilan dan pemakaian gula sehingga kadar
gula darah meningkat dan meningkatkan pembentukan lemak dan kadar lemak dalam
darah. Kedua efek tersebut sangat penting karena tubuh harus menyesuaikan
diri dengan kekurangan makanan ketika berpuasa dan dapat digunakan sebagai
cadangan sumber energi
2.
ACTH (
adenocorticotropic hormone )
Pelepasan
ACTH dipengaruhi oleh cortricotropin releasing hormone dari hipotalamus.
Berfungsi:
·
merangsang pertumbuhan dan fungsi korteks adrenal untuk
mengatur produksi kortisol dan beberapa steroid yang menyerupai
testosteron (androgenik). Tanpa kortikotropin,kelenjar adrenal akan mengkisut
(atrofi) dan berhenti menghasilkan kortisol, sehingga terjadi kegagalan kelenjar
adrenal.
·
Beberapa hormon lainnya dihasilkan
secara bersamaan dengan kortikotropin, yaitu beta-melanocyte stimulating
hormone, yang mengendalikan pigmentasi kulit serta enkefalin dan endorfin, yang
mengendalikan persepsi nyeri, suasana hati dan kesiagaan.
3. TSH (thyroid-stimulating hormone) / hormon tirotropin
Pelepasan TSH dipengaruhi oleh
thyrotropin releasing hormon (TRH) dari hipotalamus. Berfungsi:
·
Merangsang pertumbuhan
·
merangsang
kelenjar tiroid untuk menghasilkan hormon tiroid
4. LH (luteinizing hormone)/ interstisial cell stimulating hormone ( ICSH )
merupakan
gonadotropin,pada laki-laki LH berfungsi merangsang sekresi testosteron oleh sel leydig (sel
interstitial testis)
Pada wanita LH
mengendalikan sekresi estrogen dan progesteron oleh korpus luteum dalam
ovarium, merangsang pelepasan sel telur setiap bulannya dari indung telur&
untuk merangsang pembentukan folikel de graff dalam ovarium.
5. FSH (follicle-stimulating hormone)
merupakan
gonadotropin. Pada wanita,FSH merangsang pembentukan estrogen oleh sel sel
folikel dan progesteron,merangsang pelepasan sel telur setiap bulannya dari
indung telur& untuk merangsang pembentukan folikel de graff dalam
ovarium. Pada laki-laki,FSH berfungsi merangsang tubulus seminiferus untuk
meningkatkan pembentukan sperma
6. hormon prolaktin/ luteotrofin
Pelepasannya dipengaruhi oleh prolactin releasing hormon/PRH.
Berfungsi : mengendalikan
sekresi air susu, dan memepertahankan adanya korpus luteum selama hamil
Fungsi Lobus
Posterior
Lobus posterior hanya menghasilkan 2 macam hormon, yaitu
hormon antidiuretik dan oksitosin. Sesungguhnya kedua hormon ini dihasilkan
oleh sel-sel saraf di dalam hipotalamus, sel-sel saraf ini memiliki
tonjolan-tonjolan (akson) yang mengarah ke hipofisa posterior, dimana hormon
ini dilepaskan.Hormon antidiuretik dan oksitosin tidak merangsang kelenjar
endokrin lainnya, tetapi langsung mempengaruhi organ target.
1.
Hormon
antidiuretik (vasopresin)
Pelepasan ADH dipengaruhi keadaan
kurang cairan/dehidrasi. Sel targetnya adalah tubulus dan arteriol.berfungsi :
· meningkatkan TD
· meningkatkan absorsi di tubulus
distal
· menurunkan krja otot saluran GI
· meningkatkan
penahanan air oleh ginjal
Hormon ini membantu tubuh menahan jumlah air yang
memadai.Jika terjadi dehidrasi, maka reseptor khusus di jantung, paru-paru.
Otak dan aorta, mengirimkan sinyal kepada kelenjar hipofisa untuk menghasilkan
lebih banyak hormon antidiuretik. Kadar elektrolit (misalnya natrium, klorida
dan kalium) dalam darah harus dipertahankan dalam angka tertentu agar sel-sel
berfungsi secara normal. Kadar elektrolit yang tinggi (yang dirasakan oleh
otak) akan merangsang pelepasan hormon antidiuretik.
Pelepasan hormon antidiuretik juga dirangsang oleh nyeri,
stress, olah raga, kadar gula darah yang rendah, angiotensin, prostaglandin dan
obat-obat tertentu (misalnya klorpropamid, obat-obat kolinergik dan beberapa
obat yang digunakan untuk mengobati asma dan emfisema).
Alkohol, steroid tertentu dan beberapa zat lainnya
menekan pembentukan hormon antidiuretik. Kekurangan hormon ini menyebabkan diabetes
insipidus, yaitu suatu keadaan dimana ginjal terlalu banyak membuang air.
2. hormon Oksitosin
Pelepasan oksitosin dipengaruhi oleh
hisapan dan persalinan. Sel targetnya adalah uterus dan payudara.berfungsi :
· menyebabkan
kontraksi rahim selama proses persalinan dan segera setelah persalinan untuk
mencegah perdarahan.
· merangsang
kontraksi sel-sel tertentu di payudara yang mengelilingi kelenjar susu.
Pengisapan puting susu merangsang pelepasan oksitosin
oleh hipofisa. Sel-sel di dalam payudara berkontraksi, sehingga air susu
mengalir dari dalam payudara ke puting susu.
B.
KONSEP GANGGUAN HIPERFUNGSI HIPOFISIS
1. Definisi
Hiperpituitary adalah suatu kondisi patologis yang
terjadi akibat tumor atau hiperplasi hipofisisme sehingga menyebabkan
peningkatkan sekresi salah satu hormone hipofise atau lebih yang dikeluarkan oleh kelenjar
pituitari . Hormon – hormon hipofisis lainnya sering dikeluarkan
dalam kadar yang lebih rendah. (Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan
Kelenjar Hipofise, Hotma Rumahardo, 2000 : 36)
2.
Etiologi / Predisposisi
Penyebab dari hiperpituitari adalah
akibat adanya tumor atau hiperplasi kelenjar hipofise.
3.
Patofisiologi
Hiperfungsi hipofise dapat terjadi
dalam beberapa bentuk bergantung pada sel mana dari kelima sel-sel hipofise
yang mengalami hiperfungsi. Kelenjar biasanya mengalami pembesaran disebut
adenoma makroskopik bila diameternya lebih dari 10 mm atau adenoma mikroskopik
bila diameternya kurang dari 10 mm, yang terdiri atas 1 jenis sel atau beberapa
jenis sel. Adenoma hipofisis merupakan penyebab utama
hiperpituitarisme.penyebab adenoma hipofisis belum diketahui. Adenoma ini
hampir selalu menyekresi hormon sehingga sering disebut functioning tumor.
Kebanyakan adalah tumor yang terdiri
atas sel-sel penyekresi GH,ACTH dan prolaktin. Tumor yang terdiri atas sel-sel
pensekresi TSH-,LH- atau FSH- sangat jarang terjadi. Functioning tumor yang
sering di temukan pada hipofisis anterior adalah:
a.
prolactin-secreting tumors ( tumor
penyekresi prolaktin ) atau prolaktinoma.
Prolaktinoma (adenoma laktotropin)
biasanya adalah tumor kecil, jinak, yang terdiri atas sel-sel pensekresi
prolaktin. Gejala khas pada kondisi ini sangat jelas pada wanita usia
reproduktif dan dimana terjadi tidak menstruasi, yang bersifat primer dan
sekunder, galaktorea (sekresi ASI spontan yang tidak ada hubungannya
dengan kehamilan), dan infertilitas.
b. somatotroph
tumors ( hipersekresi pertumbuhan )
Adenoma somatotropik terdiri atas
sel-sel yang mengsekresi hormon pertumbuhan. Gejalah klinik hipersekresi hormon
pertumbuhan bergantung pada usia klien saat terjadi kondisi ini.
Misalnya saja pada klien
prepubertas,dimana lempeng epifise tulang panjang belum menutup, mengakibatkan
pertumbuhan tulang-tulang memanjang sehingga mengakibatkan gigantisme. Pada
klien postpubertas, adenoma somatotropik mengakibatkan akromegali, yang
ditandai dengan perbesaran ektremitas ( jari, tangan, kaki ), lidah, rahang,
dan hidung. Organ-organ dalam juga turut membesar ( misal; kardiomegali).
Kelebihan hormon pertumbuhan
menyebabkan gangguan metabolik, seperti hiperglikemia dan hiperkalsemia.
Pengangkatan tumor dengan pembedahan merupakan pengobatan pilihan. Gejala
metabolik dengan tindakan ini dapat mengalami perbaikan, namun perubahan tulang
tidak mengalami reproduksi.
c.
corticotroph tumors ( menyekresi
ardenokortikotrofik /ACTH )
Adenoma
kortikotropik terdiri atas sel-sel pensekresi ACTH. Kebanyakan tumor ini adalah
mikroadonema dan secara klinis dikenal dengan tanda khas penyakit Cushing’s.
4.
Tanda dan Gejala:
a. Prolaktemia
a. Prolaktemia
1. Amenorhoe
2. Galaktorhoe
tanpa adanya riwayat kehamilan.
3. Infertility
b.
Hipersekresi
Somatotropin
1). Gigantisme
1). Gigantisme
a.
Pada laki-laki alat
genetalia besar tapi kurang berfungsi.
b.
Penderita akan sangat
besar karena tulang-tulang menjadi panjang.
2). Akromegali
a. Penebalan
jaringan pengikat di bibir dan hidung
b. Os
mandibulae bertambah besar dan panjang
c. Tulang-tulang
tangan dan kaki bertambah besar
d. Gangguan
metabolisme, glukosa darah naik → lesu, capai
e. Pada
wanita amenorhoe, pada laki-laki alat genetalia membesar.
f. Adanya
tanda-tanda peningkatan tekanan intra kranial.
4. Hipersekresi ACTH (Penyakit Cushing)
Hipersekresi ACTH menyebabkan hiperplasia dan hipersekresi dari korteks supranen sehingga gejala-gejala yang terjadi adalah gejala-gejala yang disebabkan oleh hiperfungsi dari korteks supranen.
Hipersekresi ACTH menyebabkan hiperplasia dan hipersekresi dari korteks supranen sehingga gejala-gejala yang terjadi adalah gejala-gejala yang disebabkan oleh hiperfungsi dari korteks supranen.
5. Patway
A)
Kelenjar hipofise anterior
adenoma hipofise
nyeri kepala perubahan
perseptual
function hormon (selalu
menyekresi hormon )
Prolaktin
GH
ACTH TSH,LH,FSH,
Prolaktin secreting somatotrop kortikotrop
Terjadi tumor tumor tumor
Terdiri dari sel2 sel2 penyekresi
Penyekresi prolaktin GH(sel asido filic)
Gejala pra puber post puber
gejala
-tidak trjdi menstruasi -aminore
Usia produktif gejala gejala -infertilitas
-sekrsi ASI spontan -gigantisme
-akromegali -libido
Yg tidak ada hub dgn -impotent
Kehamilan(galaktoria) perubahan citra tubuh
Disfungsi
Seksual
6.
Pemeriksaan
diagnostik
a. Pemeriksaan fungsi target organ
b. Pemeriksaan ACTH, TSH, FSH dan LH
serta hormone nontropik
c. Tes provokasi
dengan menggunakan stimulan atau supresan hormone dan dengan melakukan efeknya
terhadap kadar hormone sarum
d. Foto rongen
kepala dan tulang kerang tubuh dengan CT scan
e. Pengukuran
lapang pandang
f. Tes toleransi
glukosa
g. Tes supresi
dengan dexamethason (Hotman Rumahardo, 2000 : 39).
7. Penatalaksanaan
a. Terapi:Dikenal
2 macam terapi, yaitu:
1) Terapi
pembedahan (Hipofisektomi melalui nasal
atau jalur transkranial )
Tindakan
pembedahan adalah cara pengobatan utama. Dikenal dua macam pembedahan
tergantung dari besarnya tumor yaitu : bedah makro dengan melakukan pembedahan
pada batok kepala (TC atau trans kranial) dan bedah mikro (TESH atau trans
ethmoid sphenoid hypophysectomy). Cara terakhir ini (TESH) dilakukan dengan
cara pembedahan melalui sudut antara celah infra orbita dan jembatan hidung
antara kedua mata, untuk mencapai tumor hipofisis. Hasil yang didapat cukup
memuaskan dengan keberhasilan mencapai kadar HP yang diinginkan tercapai pada
70 – 90% kasus. Keberhasilan tersebut juga sangat ditentukan oleh besarnya
tumor.
Pembedahan transphenoidal Pendekatan transphenoidal sering
digunakan dalam melakukan reseksi suatu adenoma. Sela tursika dicapai
melalui sinus sphenoid, dan tumor diangkat dengan bantuan suatu mikroskop
bedah. Insisi dibuat antara gusi dan bibir atas. Pendekatan ini pun digunakan
untuk memasang implant. Suatu lubang dibuat pada durameter pada jalan masuk
sela tursika. Biasanya dirurup dengan lapisan fascia yang diambil dari tungkai,
sehingga pasien harus disiapkan untuk insisi tungkai. Penampilan ini dilakukan
untuk mencegah bocornya cairan serebrospinal (CSF). Kebocoran CSF dapat terjadi
beberapa hari postoperatif tapi harus ditutup. Hidung mungkin mempet dan suatu
sling perban ditempatkan dibawahnya untuk mengabsorpsi drainage.
Monitoring
terhadap adanya kebocoran CSF perlu dilakukan.
Cairan
serebrospinal mengandung glukosa, sedangkan cairan nasal tidak. Jika tes
glukosa positif, bahan pemeriksaan harus dikirim ke laboratorium untuk konfirmasi
lebih lanjut.
Jika
terdapat kebocoran yang menetap, pasien dianjurkan untuk tirah baring dengan
kepala terangkat untuk menggantikan tekanan pada tambalan yang sudah
ditentukan. Seringkali kebocoran CSF sembuh dengan sendirinya, tetapi
kadang-kadang diperlukan perbaikan dengan tindakan operasi. Aktivitas yang
meningkatkan tekanan intrakranial harus dihindari.
Nyeri
kepala dapat timbul dan dapat diobati dengan analgetik nonnarkotik tau cordein.
Nyeri kepala persisten atau rigiditas nuchal (kaku kuduk) dapat memberikan
petunjuk akan adanya meningitis dan hal ini harus segera dilaporkan. Karena
kemungkinan terjadinya risiko infeksi, maka antibiotik profilaktif dapat
diberikan saat preoperatif atau postoperatif.
2). Terapi radiasi
Indikasi
radiasi adalah sebagai terapi pilihan secara tunggal, kalau tindakan operasi
tidak memungkinkan, dan menyertai tindakan pembedahan kalau masih terdapat
gejala akut setelah terapi pembedahan dilaksanakan.Radiasi
memberikan manfaat pengecilan tumor, menurunkan kadar GH , tetapi dapat pula
mempengaruhi fungsi hipofisis. Penurunan kadar GH umumnya mempunyai korelasi
dengan lamanya radiasi dilaksanakan. Eastment dkk menyebutkan bahwa, terjadi
penurunan GH 50% dari kadar sebelum disinar (base line level), setelah
penyinaran dalam kurun waktu 2 tahun, dan 75% setelah 5 tahun penyinaran.
Radiasi
hipofisis dilakukan pada pasien dengan adenoma hipofisis yang besar yang tidak
seluruh tumor bisa di angkat. 80% dari pasien dengan akromegali dapat
disembuhkan dengan radiasi. Selain mual dan muntah, efek samping radiasi yang
paling sering ditemukan adalah hipopituitarisme.
b.
pemberian obat
Bromocriptine ( parloden ) : suatu dopamine. Merupakan obat
pilihan pada kelebihan prolaktin. Pada mikroadenoma, prolaktin dapat normal
kembali. Juga diberikan pada klien dengan akromegali, untuk mengurangi ukuran
tumor.Observasi efek samping pemberian bromokriptin seperti: hipotensi
ortostatik, iritasi lambung, mual, kram abdomen, konstipasi, bila ada efek
samping di atas kolaborasi dengan dokter, berikan obat-obatan setelah klien
makan (tidak diberikan di antara waktu makan).
C. ASUHAN
KEPERAWATAN
1.
Pengkajian
a. Pengkajian perawatan secara umum
1) Pemantauan akan
potensial komlikasi kelainan endokrin dan pengelolaannya
2) Pemantauan akan
tanda – tanda dan gejala klinik yang menunjukkan adanya ketidakseimbangan
hormonal
3) Mengetahui
persepsi pasien dan keluarga pasien mengenai masalah kesehatan, pengelolaan dan
bantuan yang diperlukan
4) Menentukan
narasumber yang diperlukan pasien dan keluarganyauntuk dapat mengatasi
penyakitnya dan untuk pengelolaannya di rumah sakit dan setelah pulang dari
rumah sakit
5) pengkajian
psikologis dan sosial
b. Pengkajian
keperawatan secara khusus
1) Riwayat
penyakit
2) Kaji usia,
jenis kelamin dan riwayat penyakit yang sama dalam keluarga
3) Kaji riwayat
penyakit, Tanyakan
manifestasi klinis dari peningkatan prolaktin, GH dan ACTH mulai dirasakan
4) Keluhan utama,
meliputi :
a) Perubahan
ukuran dan bentuk tubuh serta organ-organ tubuh seperti jari-jari, tangan, dll.
b) Nyeri kepala
c) Libido seksual menurun
d) Perubahan tingkat energi, kelelahan, dan
letargi.
e) Nyeri pada punggung dan perasaan tidak nyaman.
f) Nyeri kepala, kaji P, Q, R, S, T.
g) Gangguan penglihatan seperti menurunnya ketajaman
penglihatan.
h) Perubahan siklus menstruasi ( pada klien wanita
) mencakup keteraturan, kesulitan hamil
5). Pemeriksaan fisik dan masalah klinik yang sering di
jumpai, meliputi :
1. Amati bentuk wajah, khas apabila ada hipersekresi GH
seperti bibir dan hidung besar, dagu menjorok ke depan.
2. Amati adanya kesulitan mengunyah dan geligi yang tidak
tumbuh dengan baik
3. Pemeriksaan ketajaman penglihatan akibat kompresi saraf
optikus, akan dijumpai penurunan visus
4. Amati perubahan pada persendian dimana klien mengeluh
nyeri dan sulit bergerak.
5. Peningkatan perspirasi pada kulit menyebabkan kulit basah
karena berkeringat
Data Subjektif
1) Kelemahan dan pola tidur
2) Pola makan (
fekuensi dan asupan makanan)
3) Higiene khusus
dan kebutuhan untuk bercukur
4) Riwayat
kardiovaskular
5) Polaintake dan
output cairan
6) Rasa tidak
nyaman
7) Penggunaan obat
– obatan
8) Riwayat
reproduksi
9) Penggunaan
medikasi
10) Kelainan
endokrin dan pengelolaannya
Data Objektif
1) Tinggi dan berat badan
2) Proporsi tubuh
3) Jumlah dan
distribusi masa obat
4) Distribusi lemak
5) Pigmentasi kulit
6) Distribusi rambut
3.
Diagnosa
Keperawatan
I.
Perubahan citra tubuh yang berhubungan
dengan perubahan penampilan fisik
II.
Disfungsi seksual yang berhubungan
dengan penurunan libido ; infertilitas impotent
III.
Nyeri kepala yang berhubungan dengan
penekanan jaringan oleh tumor
IV.
Perubahan sensori perseptual (penglihatan)
yang berhubungan dengan gangguan transmisi impuls akibat kompresi tumor pada
nervus optikus
4.
Intervensi
keperawatan
I. Perubahan citra tubuh yang berhubungan dengan perubahan penampilan fisik
Tujuan: Dalam waktu 2 sampai 3
minggu klien akan memiliki kembali citra tubuh yang positif
Intervensi keperawatan
Non pembedahan
Klien dengan kelebihan GH
1.
Dorong klien agar mau mengungkapkan pikiran dan perasaannya
terhadap perubahan penampilan tubuhnya
Rasional : Agar perawat dapat
mengetahui apa yang dirasakan oleh klien sehubungan perubahan tubuhnya.
2. Bantu klien mengidentifikasi
kekuatannya serta segi-segi positif yang dapat dikembangkan oleh klien
Rasional : Agar
klien mampu mengembangkan dirinya kembali.
Klien dengan kelebihan prolaktin
1. Yakinlah klien bahwa sebagian gejala
dapat berkurang dengan pengobatan ( ginekomastia, galaktorea )
Rasional : agar
klien tetap optimis dan berfikir positif selama pengobatan.
2. Dorong klien untuk mengungkapkan
perasaanya
Pemberian obat-obatan
ü Kolaborasi pemberian obat-obat
seperti: bromokriptin (parloden). Merupakan obat pilihan pada kelebihan
prolaktin. Pada mikroadenoma, prolaktin dapat normal kembali. Juga diberikan
pada klien dengan akromegali, untuk mengurangi ukuran tumor.
ü Observasi efek samping pemberian
bromokriptin seperti: hipotensi ortostatik, iritasi lambung, mual, kram
abdomen, konstipasi, bila ada efek samping di atas kolaborasi dengan dokter,
berikan obat-obatan setelah klien makan (tidak diberikan di antara waktu makan.
ü Kolaborasi pemberian terapi radiasi.
Terapi radiasi tidak diberikan pada hiperpituitarisme akut.partikel alfa atau
proton beam sebagai sumber radiasi lebih efektif tetapi responnya lambat.
ü Awasi efek samping terapi radiasi
seperti: hipopituitarisme, kerusaka nervus optikus, disfungsi okulomotorius,
perubahan lapang pandang
II. Disfungsi seksual yang berhubungan dengan penurunan libido ; infertilitas
impotent.
Tujuan:
Klien akan mencapai tingkat kepuasan pribadi dari fungsi seksual
1. Identifikasi
masalah spesifik yang berhubungan dengan pengalaman pada klien terhadap fungsi
seksualnya.
Rasional : agar perawat dapat mengetahui masalah seksual
klien dan lebih terbuka kepada perawat.
2. Dorong klien
agar mau mendiskusikan masalah tersebut dengan pasangannya.
Rasional : agar
klien mendapat hasil mufakat bersama pasangannya.
3.
Kolaborasi pemberian obat – obatan
bromokriptin.
4.
Bila masalah ini timbul setelah hipofisektomi, kolaborasi
pemberian gonadotropin
III. Nyeri kepala yang berhubungan dengan penekanan jaringan oleh tumor
1) Dorong klien
agar mau mengungkapkan apa yang dirasakan.
Rasional : agar
perawat mengetahui apa yang dirasakan klien
2) Kaji skala
nyeri
Rasional :
untuk mengetahui intensitas dari nyeri dan untuk menentukan intervensi
selanjutnya
3) Berikan tehnik
relaksasi dan distraksi
Rasional : pengalihan perhatian dapat mengurangi rasa
nyeri.
4) Kolaborasi
pemberian analgetik untuk mengurangi rasa nyeri.
Rasional : pemberian obat analgetik untuk mengurangi
nyeri
IV. Perubahan sensori perseptual (penglihatan) yang berhubungan dengan
gangguan transmisi impuls akibat kompresi tumor pada nervus optikus.
1) Dorong klien
agar mau melakukan pemeriksaan lapang pandang.
Rasional : agar perawat mengetahui jarak lapang klien
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Hiperpituitary
adalah suatu kondisi patologis yang terjadi akibat tumor atau hiperplasi
hipofisisme sehingga menyebabkan peningkatkan sekresi salah satu hormone
hipofise atau lebih
yang dikeluarkan oleh kelenjar pituitari . Hormon – hormon hipofisis lainnya
sering dikeluarkan dalam kadar yang lebih rendah. (Asuhan Keperawatan Klien
Dengan Gangguan Kelenjar Hipofise, Hotma Rumahardo, 2000 : 36)
Penyebab dari hiperpituitari adalah
akibat adanya tumor atau hiperplasi kelenjar hipofise.
Patofisiologi Hiperfungsi hipofise
dapat terjadi dalam beberapa bentuk bergantung pada sel mana dari kelima
sel-sel hipofise yang mengalami hiperfungsi. Kelenjar biasanya mengalami
pembesaran disebut adenoma makroskopik bila diameternya lebih dari 10 mm atau
adenoma mikroskopik bila diameternya kurang dari 10 mm, yang terdiri atas 1
jenis sel atau beberapa jenis sel. Adenoma hipofisis merupakan penyebab utama
hiperpituitarisme.penyebab adenoma hipofisis belum diketahui. Adenoma ini
hampir selalu menyekresi hormon sehingga sering disebut functioning tumor.
B.
SARAN
Guna penyempurnaan Makalah
ini,kelompok kami sangat mengharapkan kritik,saran serta masukan dari
Rekan-rekan pembaca khususnya Dosen Pembimbing. Semoga Makalah ini bermanfaat
bagi Rekan-rekan dalam membantu kegiatan belajar kita.Sekian & Terima
Kasih.
DAFTAR PUSTAKA
Buku Saku Patofisiologis, Elisabeth, Endah P. 2000. Jakarta : EGC
Doengoes,
Marlyn. 2002. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. Jakarta : EGC
Boughman,
Diane C, JoAnn c Hackley.2000. Keperawatan Medical Bedah : Buku Saku Untuk
Perawat Brunner & Sudarth. Jakarta : EGC.
Rumahoro,
Hotma.1999. Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem Endokrin. Jakarta :
EGC.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar