BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kanker paru merupakan penyebab kematian utama akibat kanker pada pria dan wanita.Selama 50 tahun terakhir terdapat suatu peningkatan insidensi paru – paru yang mengejutkan.America Cancer Society memperkirakan bahwa terdapat 1.500.000 kasua baru dalam tahun 1987 dan 136.000 meningggal. Prevalensi kanker paru di negara maju sangat tinggi, di USA tahun 1993 dilaporkan 173.000/tahun, di inggris 40.000/tahun, sedangkan di Indonesia menduduki peringkat 4 kanker terbanyak.
Di RS Kanker Dharmais Jakarta tahun 1998 tumor paru menduduki urutan ke 3 sesudah kanker payudara dan leher rahim. Karena sistem pencatatan kita yang belum baik, prevalensi pastinya belum diketahui tetapi klinik tumor dan paru di rumah sakit merasakan benar peningkatannya. Sebagian besar kanker paru mengenai pria (65 %), life time risk 1:13 dan pada wanita 1:20. Pada pria lebih besar prevalensinya disebabkan faktor merokok yang lebih banyak pada pria. Insiden puncak kanker paru terjadi antara usia 55 – 65 tahun.
Kelompok akan membahas Asuhan Keperawatan Pada Klien
Dengan Kanker Paru. Diharapkan perawat mampu memberikan asuhan keperawatan yang
efektif dana mampu ikut serta dalam upaya penurunan angka insiden kanker paru
melalui upaya preventif, promotof, kuratif dan rehabilitative.
B. Rumusan Masalah
1.
Apa Definisi Kanker Paru ?
2.
Apa Etiologi dari Kanker Paru ?
3.
Apa Patofisiologi Kanker Paru ?
4.
Apa Saja klasifikasi Kanker Paru ?
5.
Apa manifestasi klinis dari Kanker Paru
?
6.
Bagaimana penatalaksanaan Kanker Paru ?
7.
Bagaimana Asuhan Keperawatan pada
pasien Kanker Paru ?
C. TUJUAN
1. Tujuan Umum
:
Penulis
menyusun makalah ini untuk mendukung kegiatan belajar mengajar jurusan
keperawatan khususnya di mata kuliah keperawatan Respirasi III dengan bahan
ajar asuhan keperawatan pada klien Karsinoma bronkogenik
2.
Tujuan Khusus :
Untuk mengetahui definisi kanker paru
Untuk mengetahui etiologi kanker paru.
Untuk mengetahui patofisiologi kanker
paru.
Untuk mengetahui klasifikasi kanker paru.
Untuk
mengetahui manifestasi klinis kanker paru
Untuk mengetahui penatalaksanaan kanker paru
Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada pasien kanker paru
Untuk mengetahui penatalaksanaan kanker paru
Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada pasien kanker paru
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Definisi
Karsinoma
Bronkogenik adalah tumor ganas paru primer yang berasal dari saluran nafas.Di
dalam kepustakaan selalu di laporkan peningkatan insiden kanker paru secara
progresif, yang bukan hanya sebagai akibat peningkatan umur rata-rata manusia
serta kemampuan diagnostik yang lebih baik namun oleh karena memang karsinoma
bronkogenik lebih sering terjadi (Pengatar Ilmu Penyakit paru).
Karsinoma
bronkogenik adalah tumor ganas paru primer yang berasal dari saluran napas. (
Hood Al sagaff, dkk ).
Kanker
paru adalah tumor berbahaya yang tumbuh diparu, sebagian besar kanker paru
berasal dari sel-sel didalam paru tapi dapat juga berasal dari bagian tubuh
lain yang terkena kanker. ( Zerich 150105 Weblog, by Erich )
B. Etiologi
Seperti kanker pada umumnya, etiologi yang pasti dari
karsinoma bronkogenik masih belum diketahui, namun diperkirakan bahwa inhalasi
jangka panjang dari bahan karsinogenik merupakan faktor utama, tanpa
mengesampingkan kemungkinan peranan predisposisi hubungan keluarga ataupun suku
bangsa/ras serta status immunologis. Bahan inhalasi karsinogenik yang banyak
disorot adalah rokok.
1. Pengaruh
rokok:
Bahan-bahan
karsinogenik dalam asap rokok adalah antara lain : polomium 210 dan 3,4
benzypyrene. Penggunaan filter dikatakan dapat menurunkan resiko terkenanya
karsinoma bronkogenik, namun masih tetap lebih tinggi dibanding dengan bukan
perokok.
Didalam
jangka panjang yaitu, 10-20 tahun, merokok:
1-10 batang / hari meningkatkan resiko 15 kali
20-30 batang / hari meningkatkan resiko 40-50 kali
40-50 batang /hari meningkatkan resiko 70-80 kali.
2. Pengaruh Industri
Yang paling banyak dihubungkan dengan karsinogenik adalah
asbestos, yang dinyatakan meningkatkan resiko kanker 6-10 kali. Menyusul
kemudian industri bahan-bahan radioaktif, penambang uramium mempunyai resiko 4
kali populasi pada umumnya. Paparan industri ini baru nampak pengaruhnya
setalah 15-20 tahun.
3. Pengaruh Penyakit Lain
Tuberkulosi paru banyak dikaitkan sebagai faktor
predisposisi karsinoma brinkogenik, melalui mekanisme hyperplasi – metaplasi -
karsinoma insitu-karsinoma - bronkogenik sebagai akibat adanya jaringan parut
tuberkulosis.
4. Pengaruh Genetik dan Status imunologis
Pada tahun 1954, Tokuhotu dapat membuktikan adanya
pengaruh keturunan yang terlepas daripada faktor paparan lingkungan, hal ini
membuka pendapat bahwa karsinoma bronkogenik dapat diturunkan. Penelitian
akhir-akhir ini condong bahwa faktor yang terlibat dengan enzim Aryl
Hidrokarbon Hidroksilase (AHH). Status immonologis penderita yang dipantau dari
cellular mediated menunjukan adanya korelasi antara derajat deferensiasi sel,
stadia penyakit, tanggapan terhadap pengobatan serta prognosis. Penderita yang
energi umumnya tidak memberikan tanggapan terhadap pengobatan dan lebih cepat
meninggal.
C. Klasifikasi Kanker Paru
Klasifikasi menurut WHO untuk Neoplasma Pleura dan Paru – paru (1977) :
1. Karsinoma Bronkogenik.
Klasifikasi menurut WHO untuk Neoplasma Pleura dan Paru – paru (1977) :
1. Karsinoma Bronkogenik.
a.
Karsinoma epidermoid (skuamosa).
Kanker
ini berasal dari permukaan epitel bronkus.Perubahan epitel termasuk metaplasia,
atau displasia akibat merokok jangka panjang, secara khas mendahului timbulnya
tumor.Terletak sentral sekitar hilus, dan menonjol kedalam bronki
besar.Diameter tumor jarang melampaui beberapa centimeter dan cenderung
menyebar langsung ke kelenjar getah bening hilus, dinding dada dan mediastinum.
b.
Karsinoma sel kecil.
Biasanya
terletak ditengah disekitar percabangan utama bronki.Tumor ini timbul dari sel
– sel Kulchitsky, komponen normal dari epitel bronkus.Terbentuk dari sel – sel
kecil dengan inti hiperkromatik pekat dan sitoplasma sedikit.Metastasis dini ke
mediastinum dan kelenjar limfe hilus, demikian pula dengan penyebaran hematogen
ke organ – organ distal.
c. Adenokarsinoma (termasuk karsinoma sel alveolar).
Memperlihatkan susunan selular seperti kelenjar bronkus
dan dapat mengandung mukus.Kebanyakan timbul di bagian perifer segmen bronkus
dan kadang – kadang dapat dikaitkan dengan jaringan parut local pada paru –
paru dan fibrosis interstisial kronik.Lesi seringkali meluas melalui pembuluh
darah dan limfe pada stadium dini, dan secara klinis tetap tidak menunjukkan
gejala – gejala sampai terjadinya metastasis yang jauh.
d. Karsinoma
sel besar.
Merupakan sel – sel ganas yang besar dan
berdiferensiasi sangat buruk dengan sitoplasma yang besar dan ukuran inti
bermacam – macam.Sel – sel ini cenderung untuk timbul pada jaringan paru - paru
perifer, tumbuh cepat dengan penyebaran ekstensif dan cepat ke tempat – tempat
yang jauh.
e. Gabungan
adenokarsinoma dan epidermoid.
f. Lain
– lain.
1) Tumor karsinoid (adenoma
bronkus).
2) Tumor kelenjar bronchial.
3) Tumor papilaris dari epitel
permukaan.
4) Tumor
campuran dan Karsinosarkoma.
5) Sarkoma.
6) Tak
terklasifikasi
7) Mesotelioma.
8) Melanoma.
D.
Manifestasi klinik
1.
Gejala Awal
Stridor lokal
dan dipnea ringan yang mungkin disebabkan oleh obstruksi bronkus
2.
Gejala Umum
a. Batuk
Kemungkinan
akibat iritasi yang disebabkan oleh tumor.batuk mulai sebagai batuk kering
tanpa membentuk sputum.tetapi berkembang sampai titik dimana dibentuk sputum
yang kental dan porulen dalam berrespon terhadap infeksi skunder
b.Hipotesis
Sputum
bersemu darah karena sputum melalui permukaan tumor yang mengalami
ulserasi.
c.Anoreksia
yaitu
lelah dan kurangnya berat badan.
E.
Komplikasi
1.
Esofagitis,hilang 1 minggu sampai
dengan 10 hari sesudah pengobatan.
2.
Pneumonitis,pada rontgent terlihat
bayangan eksudat didaerah penyinaran
F.
Penatalaksanaan Medis
1. Penatalaksanaan
Nonbedah
a.Terapi Oksigen
Jika terjadi
hipoksemia perawat dapat memberikan oksigen via masker/ nasal
kanula sesuai dengan permintaan.
b.Terapi Obat
Jika klien
mengalami bronkospasme dokter dapat memberikan obat golongan bronkodilator (seperti pada klien asma)dan
kartikosterid untuk mengurangi bronkospasme,inflamasi dan edema.
c.Kemoterapi
kemoterapi
merupakan pilihan pengobatan pada klien dengan kanker paru,terutama pada small
cell ling cancer karena metastasis.kemoterapi dapat juga digunakan bersamaan
dengan terapi bedah
obat-obat
kemoterapi yang biasanya diberikan untuk menangani kanker,tumor,termasuk
kombinasi dari obat-obat tersebut.
·
Cyclophosphamide,deoxorubicin,methotrexate,dan procarbazine
·
Etoposidedan cisplatin
· Mitomycin,vinblastine,dan
cisplatin.
d.Imunoterapi
Banyak klien
kanker paru mengalami gangguan imun. Obat imunoterapi
(cytokin) biasa di berikan.
e.Terapi Radiasi
Terapi dilakukan dengan indikasi
sebagai berikut :
·
Klien tumor paru yang operable tetapi risiko jika dilakukan pembedahan
·
Klien adenokarsinoma / sel skuomosa inoperable yang mengalami pembesaran
kelenjar getah bening pada hilus
ipsilateral dan mediastinal.
· Klien
dengan Ca. Bronkus dengan oat cell.
· Klien
kambuhan sesudah lobektomi atau pneumonektomi.
2.
Penatalaksanaan Pembedahan.
Tujuan pada pembedahan kanker paru sama seperti penyakit paru lain, untuk mengankat semua jaringan yang sakit sementara mempertahankan sebanyak mungkin fungsi paru – paru yang tidak terkena kanker.
Tujuan pada pembedahan kanker paru sama seperti penyakit paru lain, untuk mengankat semua jaringan yang sakit sementara mempertahankan sebanyak mungkin fungsi paru – paru yang tidak terkena kanker.
a.
Toraktomi
eksplorasi.
Untuk mengkomfirmasi diagnosa tersangka penyakit paru atau toraks khususnya karsinoma, untuk melakukan biopsy.
Untuk mengkomfirmasi diagnosa tersangka penyakit paru atau toraks khususnya karsinoma, untuk melakukan biopsy.
b.
Pneumonektomi
pengangkatan paru)
.Karsinoma
bronkogenik bilaman dengan lobektomi tidak semua lesi bisa diangkat.
c.
Lobektomi
(pengangkatan lobus paru).
Karsinoma bronkogenik yang terbatas pada satu lobus, bronkiaktesis bleb atau bula emfisematosa; abses paru; infeksi jamur; tumor jinak tuberkulois.
Karsinoma bronkogenik yang terbatas pada satu lobus, bronkiaktesis bleb atau bula emfisematosa; abses paru; infeksi jamur; tumor jinak tuberkulois.
d.
Resesi segmental.
Merupakan pengankatan satau atau lebih segmen paru.
Merupakan pengankatan satau atau lebih segmen paru.
e.
Resesi baji.
STumor jinak dengan batas tegas, tumor metas metik, atau penyakit peradangan yang terlokalisir. Merupakan pengangkatan dari permukaan paru – paru berbentuk baji (potongan es).
STumor jinak dengan batas tegas, tumor metas metik, atau penyakit peradangan yang terlokalisir. Merupakan pengangkatan dari permukaan paru – paru berbentuk baji (potongan es).
f.
Dekortikasi.
Merupakan pengangkatan bahan – bahan fibrin dari pleura viscelaris)
Merupakan pengangkatan bahan – bahan fibrin dari pleura viscelaris)
G.
Pemeriksaan Penunjang
a. Radiologi
1). Massa Radiopaque di paru
2). Obstruksi jalan
nafas dengan akibat atelektasis
3). Pneumonia
4). Pembesaran
Kelenjar Hilar
5).
Tumor Pancoast.Ca. Bronchogenik yang terdapat disuperior pulmonary sulcus, pada
apek lobus superior.
6). Kelainan pada pleura
7). Kelainan tulang
b. Bronkografi
Adapun
gambaran bronkografi yang dianggap patognomonik adalah obstruksi stenosis irreguler,
stenosis ekor tikus dan indentasi cap jempol.
c.
Sitologi
Dahak yang representatif dapat diperoleh melalui batuk
spontan, dengan bantuan aerosol ( 20% propylene glycol dalam larutan 10% NaCl.
Dihangatkan sampai kurang lebih 45-50 C.)atau melalui bilasan/sikatan aspirasi
bronkial.Tatalaksana pada Lung Cancer Detection Program di New York adalah sbb.
Saliva dan post nasal discharge dikeluarkan dahulu, lalu penderita disuruh
batuk dalam , dahak yang dihasilkan segera difiksasi, kesemuanya ini dilakukan
pada 3 hari berturut-turut, sebaiknya pada pagi hari.
d. Endoskopi
Meliputi pemeriksaan laringoskopi dan
bronkoskopi serta bilasan bronkial,
kerokan/sikatan serta biopsi. Tujuan
pemeriksaan bronkoskopi ( serat optik ) adalah :
1.Mengetahui perubahan pada bronkus akibat kanker paru.
2.Mengambil bahan untuk pemeriksaan sitologis.
3.Memperhatikan perubahan pada permukaan tumor/mukosa untuk
memperkirakan jenis keganasan.
4.Menilai
keberhasilan terapi.
5.Menentukan operbilitas kanker paru.
e. Biopsi
Bahan biopsi dapat diperoleh melalui cara biopsi perkutaneus
transbronkial ataupun open biopsi. Sedangkan bahannya dapat berupa jaringan
kelenjar regional jaringan pleura ataupun jaringan paru.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
ASUHAN KEPERAWATAN
PASIEN DENGAN KANKER PARU
A. Pengkajian
1. Identitas pasien
2. Riwayat
kesehatan sekarang :
Apa yang diderita pasien misalnya nyeri
pada dada , dan sesak nafas.
3. Riwayat
kesehatan masa lalu
Apakah dahulu pasien mempunyai penyakit
paru obstruksi menahun
4. Riwayat
kesehatan keluarga
Apakah keluarganya ada yang menderita penyakit paru
Apakah keluarganya ada yang menderita penyakit paru
5.
ADL (activity dialy lifing )
1) Aktivitas/ istirahat.
Gejala : Kelemahan, ketidakmampuan mempertahankan kebiasaan rutin, dispnea
1) Aktivitas/ istirahat.
Gejala : Kelemahan, ketidakmampuan mempertahankan kebiasaan rutin, dispnea
karena
aktivitas.
Tanda : Kelesuan (biasanya tahap lanjut).
2) Sirkulasi.
Gejala : JVD (obstruksi vana kava).
Bunyi jantung : gesekan pericardial (menunjukkan efusi).
Takikardi/ disritmia.Jari tabuh.
3) Integritas ego.
Gejala : Perasaan taku. Takut hasil pembedahan, menolak kondisi yang berat/
Tanda : Kelesuan (biasanya tahap lanjut).
2) Sirkulasi.
Gejala : JVD (obstruksi vana kava).
Bunyi jantung : gesekan pericardial (menunjukkan efusi).
Takikardi/ disritmia.Jari tabuh.
3) Integritas ego.
Gejala : Perasaan taku. Takut hasil pembedahan, menolak kondisi yang berat/
potensi
keganasan.
Tanda : Kegelisahan, insomnia, pertanyaan yang diulang – ulang.
4) Eliminasi.
Gejala : Diare yang hilang timbul (karsinoma sel kecil).
Peningkatan frekuensi/ jumlah urine (ketidakseimbangan hormonal, tumor
Tanda : Kegelisahan, insomnia, pertanyaan yang diulang – ulang.
4) Eliminasi.
Gejala : Diare yang hilang timbul (karsinoma sel kecil).
Peningkatan frekuensi/ jumlah urine (ketidakseimbangan hormonal, tumor
epidermoid)
5) Makanan/ cairan.
Gejala : Penurunan berat badan, nafsu makan buruk, penurunan masukan makanan.
Kesulitan
menelan, haus/ peningkatan masukan cairan.
Tanda : Kurus, atau penampilan kurang berbobot (tahap lanjut)
Edema wajah/ leher, dada punggung (obstruksi vena kava), edema wajah/ periorbital
Tanda : Kurus, atau penampilan kurang berbobot (tahap lanjut)
Edema wajah/ leher, dada punggung (obstruksi vena kava), edema wajah/ periorbital
(ketidakseimbangan
hormonal, karsinoma sel kecil)
Glukosa dalam urine (ketidakseimbangan hormonal, tumor epidermoid).
6) Nyeri / kenyamanan.
Gejala : Nyeri dada (tidak biasanya ada pada tahap dini dan tidak selalu pada tahap
Glukosa dalam urine (ketidakseimbangan hormonal, tumor epidermoid).
6) Nyeri / kenyamanan.
Gejala : Nyeri dada (tidak biasanya ada pada tahap dini dan tidak selalu pada tahap
lanjut)
dimana dapat/ tidak dapat dipengaruhi oleh perubahan posisi. Nyeri bahu/
tangan
(khususnya pada sel besar atau adenokarsinoma) Nyeri abdomen hilang
timbul.
7) Pernafasan.
Gejala : Batuk ringan atau perubahan pola batuk dari biasanya dan atau produksi
7) Pernafasan.
Gejala : Batuk ringan atau perubahan pola batuk dari biasanya dan atau produksi
sputum.
Nafas pendek, pekerja yang terpajan polutan, debu industry, Serak,
paralysis
pita suara.
Riwayat merokok
Tanda : Dispnea, meningkat dengan kerja
Peningkatan fremitus taktil (menunjukkan konsolidasi)
Krekels/ mengi pada inspirasi atau ekspirasi (gangguan aliran udara), krekels/ mengi
Riwayat merokok
Tanda : Dispnea, meningkat dengan kerja
Peningkatan fremitus taktil (menunjukkan konsolidasi)
Krekels/ mengi pada inspirasi atau ekspirasi (gangguan aliran udara), krekels/ mengi
menetap;
pentimpangan trakea ( area yang mengalami lesi). Hemoptisis.
8) Keamanan.
Tanda : Demam mungkin ada (sel besar atau karsinoma)
Kemerahan, kulit pucat (ketidakseimbangan hormonal, karsinoma sel kecil)
9) Seksualitas.
Tanda : Ginekomastia (perubahan hormone neoplastik, karsinoma sel besar)
8) Keamanan.
Tanda : Demam mungkin ada (sel besar atau karsinoma)
Kemerahan, kulit pucat (ketidakseimbangan hormonal, karsinoma sel kecil)
9) Seksualitas.
Tanda : Ginekomastia (perubahan hormone neoplastik, karsinoma sel besar)
Amenorea/
impotent (ketidakseimbangan hormonal, karsinoma sel kecil).
10) Penyuluhan.
Gejala : Faktor resiko keluarga, kanker(khususnya paru), tuberculosis, Kegagalan
10) Penyuluhan.
Gejala : Faktor resiko keluarga, kanker(khususnya paru), tuberculosis, Kegagalan
untuk
membaik.
B. Diagnosa Keperawatan yang muncul
adalah
1.
Bersihan
jalan nafas tidak efektif, b/d peningkatan jumlah/perubahan mukus /viskositas
sekret, keterbatasan gerakan dada, /nyeri,
kelemahan,kelelahan.
2.
Nyeri
akut b/d invasi kanker ke pleura, dinding dada.
3.
Pola
pernafasan tidak efektif b/d obstruksi trakeobronkialoleh sekret, perdarahan
aktif, penurunan ekspansi paru, proses inflamsi.
4.
Kerusakan
pertukaran gas b/d gangguan aliran udara ke alveoli atau ke bagian utama
paru, perubahan membran alveoli ( atelektasis , edema paru , efusi, sekeresi
berlebihan,/perdarahan aktif.
5.
Ansietas b/d ketakutan /ancaman akan
kematian , tindakan diagnostik, penyakit kronis.
6.
Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
b/d intake inadekuat, peningkatan metabolisme, proses keganasan.
C. Perencanaan Keperawatan
1. Diagnosa : Bersihan Jalan nafas
tidak efektif b/d peninjkatan jumlah/viskositas sekret,
keterbatasan
gerakan dada/nyeri, kelemahan/kelelahan
· Tujuan : Bersihan jalan nafas efektif.
Kriteria ;
a. Menunjukan potensi
jalan nafas.
b. Cairan sekret mudah
dikeluarkan/dibatukan.
c. Bunyi nafas jelas.
d. Whezing(-)/berkurang
Intervensi
1. Auskultasi
bunyi dada, untuk karakter bunyi nafas dan adanya sekret.
2. Bantu untuk
nafas dalam efektif anjurkan batuk dengan posisi duduk.
3. Observasi jumlah dan karakter
sputum/aspirasi sekret.
4. Lakukan penghisapan dengan menggunakan
suction. Bila klien tidak dapat
batuk.
5. Dorong
masukan cairan/oral sedikitnya 2500 CC/hari dalam toleransi jantung.
6. Kolaborasi : Berikan/bantu dengan IPBB ,
spirometri, meniup botol
7. Gunakan oksigen humidifikasi/nebulizer ultrasonik .
Berikan cairan
tambahan
melalui IV sesuai indikasi.
8. Berikan
bronkodilator, ekspektoran, atau analgetik sesuai indikasi.
· Rasional
1.
Pernafasan bising, ronki, mengi
menunjukan tertahannya sekret/obstruksi
jalan nafas.
2. Posisi duduk memungkinkan ekspansi paru
maksinal, upaya batuk untuk
membuang
sekret
3. Perubahan
sekret menunjukan progresifitas penyakit.
4.
Penghisapan dapat merangsang batuk efektif.
5. Hidrasio adekuat untuk mempertahankan sekret
hilang/peningkatan
pengeluaran.
6. Memudahkan
pembuangan sekret.
7. Memberikan hidrasi maksimal/pengenceran sekret
untuk pengeluaran
2. Diagnosa: Kerusakan pertukaran gas b/d gg.
Aliran udata ke alveoli, perubahan membran
alveolar kapiler (
atelektasis, oedema paru, efusi, sekresi berlebihan, perdarahan
aktif)
· Tujuan: Pertukaran gas efektif.
Kriteria : GDA dalam batas normal,. Mebubjukan ventilasi adekuat
Menunjukan oksigenasi
adekuat.Menunjukan perbaikan distress pernafasan.
·
Intervensi
1.
Catat
frekluensi dan kedalaman pernafasan , penggunaan otot bantu dan nafas bibir.
2.
Auskultasi
paru untuk penurunan bunyi nafas dan adanya bunyi tambahan krekels.
3.
Observasi
ferfusi daerah akral dan sianosis ( daun telinga, bibir, lidah dan
membran lidah )
4.
Lakukan tindakan untuk memperbaiki
jalan nafas.
5.
Tinggikan kepala/tempat tidur sesuai
dengan kebutuhan.
6.
Awasi tanda vital
7.
Kaji tingkat kesadaran
8.
Kaji toleransi aktivitas.
9.
Kolaborasi:
10.
Awasi seri GDA.
11. Berikan oksigen
dengan metoda yang tepat
·
Rasional
1.
Takhi[pnoe dan dispnoe menyertai
obstruksi paru.
2.
Area yang tak terventilasi dapat
diidentifikasikan dengan tak adanya bunyi nafas.
3.
Menunjukan hipoksemia sistemik.
4.
Jalan nafas lengket/kolaps menurunkan
jumlah alveoli yang berfungsi
5.
Secara negatif mempengaruhi pertukaran
gas.
6.
Meningkatkan ekspansi dada maksimal,
membuat mudah bernafas meningkatkan kenyamanan.
7.
Tahkikardi/takhipnoe, dan perubahan
pada TD. Terjadi seirng dengan perubahan asidosis.
8.
Hipoksemia sistemik dapat ditunjukan
pertamakali oleh gelisah dan rangsang disertai penurunan kesadaran.
10.
Hipoksemia menurunkan kemampuan untuk
berpartisipasi dalam aktivitas tanpa dispnoea berat, takikardia dan disritmia.
11.
Hipoksemia ada pada berbagai
derajattergantung pada jumlah obstruksi jalan nafas.
12. Memaksimalkan
sediaan oksigen untuk pertukaran gas .
3.
Diagnosa: Pola nafas tidak
efektif b/d obstruksi trakeobronkial oleh bekuan darah, sekret
banyak
,peradarahan aktif, penurunan ekspansi paru, proses inflamsi
· Tujuan: Pola nafas
efektif.
Kriteria :
1.
Frekuensi nafas dalam rentang normal
2.
Suara paru jelas dan bersih.
3. Berpartisipasi dalam aktivitas
Intervensi
1.
Kaji
frekuensi , kedalaman pernafasan dan ekspansi dada., catat upaya pernafasan (
penggunaan otot bantu pernafasan )
2.
Auskultasi
bunyi nafas, dan catat adanya bunyi nafas.
3.
Observasi pola batuk dan karakter
sekret
4.
Dorong dalam nafas dalam.dan latihan
batuk.
5.
Kolaborasi:
6.
Berikan oksigen tambahan.
7.
Berikan humidifikasi tambahan.
8.
Bantu fisioterapi dada.
Rasional
1.
Kedalamam pernafasan bervariasi
tergantung derajat gagal nafas., ekspansi pada terbatas terjadi pada
atelektasis.
2.
Perubahan bunyi nafas menunjukan
obstruksi sekunder.
3.
Kongesti alveolar mengakibatkan batuk
kering/iritatif
4.
Meningktkan banyaknya sputum.
5.
Memaksimalkan pernafasan dan menurunkan
kerja nafas.
6.
Memberikan kelembaban pada membran
mukosa dan membantu pengenceran sekret.
7.
Memudahkan upaya pernafasan dalam.
Meningktkan drainase sekret.
4.
Diagnosa: Nyeri b/d. invasi
kanker ke pleura, atau dinding dada.
Tujuan: Nyeri
hilang/ berkurang
Kriteria :
1.
:Klien nampak rileks.
2.
Kliuen dapat tidur.
3. Berpartisi
dalam aktivitas.
·
Intervensi
1.
Tanyakan pasien tentang nyeri, Tentukan
karaktersitik nyeri
2.
Kaji pernyataan verbal dan non
verbal nyeri pasien.
3.
Evaluasi keefektifan pemberian obat
4.
Berikan tindakan kenyamanan, ubah
posisi, pijatan punggung dll.
5.
Berikan lingkungan tenang.
6. Kolaborasi:
Berikan analgesik rutin s/d indikasi.
Rasional
1. Membantu dalam
evaluasi gejala nyeri kanker yang dapat melibatkan visera, saraf atau jaringan
tulang
2. Ketidaksesuaian
antara verbal dan non verbal menunjukan.derajat nyeri
3. Memberikan obat
berdasarkan aturan.
4. Meningkatkan
relaksasi dan pengalihan perhatian..
5. Penurunan
stress, menghemat energi
6. Mempertahankan
kadar obat, menghindari puncak periode nyeri..
5.
Diagnosa: Ansietas b/d ancaman kematian, proses keganasan
Tujuan: Ansietas
hilang/ berkurang
Kriteria :
1. Klien tampak
rileks
2. Klien dapat
beristirahat.
3. Dapat
bekerjasama dalam terapi.
Intervensi
1. Evaluasi
tingkat pemahaman pasien/orang terdekat tentang diagnosa.
2. Akui rasa
takut, masalah pasien, dan dorong mengekspresikan perasaan.
3. Kolaborasi :
4. Libatkan
pasien/orang terdekat dalam perencanaan keperawatan
Rasional
1.
Pemahaman persepsi melibatkan susunan
tekanan perawatan individu dan memberikan informasi.
2.
Memberi waktu untuk mengidentifikasi
perasaan.
3. Dapat memperbaiki perasaan kontrol
6.
Diagnosa: Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d intake kurang, peningkatan metabolisme
proses keganasan.
Tujuan: Nutrisi
terpenuhi.
Kriteria :
1.
Menunjukan perubahan beratbadan.
2.
Menunjukan perubahan pola makan.
3.
Hb. Albumin dalam rentang normal.
Intervensi
1.
Catat ststus nutrisi pasien pada
penerimaan, catat turgor kulit, berat badan dan derajat kekurangan berat badan
2.
Pastikan pola diet pasien yang
disukai/tidak disukai
3.
Awasi pemasukan/pengeluaran dan berat
badan secara periodik
4.
Selidiki mual, muntah, anoreksia dan
catat kemungkinan hubungannya dengan obat
5.
Berikan periode istirahat sering.
6.
Berikan perawatan mulut, sebelum dan
sesudah tindakan pernafasan.
7.
Berikan Diet TKTP.
8.
Kolaborasi :
9.
Rujuk ke ahli diet
10.
Awasi pemeriksaan lab. ( BUN, protein
serum, albumin Hb.)
11.
Bila perlu berikan nutrisi parenteral
·
Rasional
1.
Berguna dalam mengidentifikasi derajat kurang
nutrisi dan menentukan pilihan intervensi.
2.
Pertimbangan keinginan individu dapat
memperbaiki masukan diet.
3.
Mengukur kefektifan nutrisi dan
dukungan cairan.
4.
Mencari pemecahan masalah, untuk
meningkatkan pemasukan nutrien.
5.
Membantu menghemat energi., khususnya
bila kebutuhan metabolik meningkat
6.
Menurunkan perasaan tak enak, bekas
sputum, obatmerangsang pusat muntah..
7.
Memaksimalkan masukan nutrisi..
8.
Nilai rendah menunjukan malnutrisi
9. Meningkatkan masukan nutrisi
adekuat.
BAB III
PENUTUP
A.Kesimpulan.
1. Kanker paru merupakan penyebab
kematian utama akibat kanker pada wanita maupun
pria, yang sering kali di sebabkan
oleh merokok.
2.
Setiap
tipe timbul pada tempat atau tipe jaringan yang khusus, menyebabkan
manifestasi klinis yang berbeda, dan
perbedaan dalam kecendrungan metastasis dan
prognosis.
3.
Karena tidak ada penyembuhan dari kanker,
penekanan utama adalah pada pencegahan
misalnya dengan berhenti merokok karena perokok mempunyai
peluang 10 kali lebih
besar untuk mengalami kanker paru di
bandingkan bukan perokok, dan menghindari
lingkungan polusi.
4.
Pengobatan
pilihan dari kanker paru adalah tindakan bedah pengangkatan tumor.
Sayangnya, sepertiga dari individu tidak dapat dioperasi
ketika mereka pertama kali
didiagnosa.
5.
Asuhan
keperawatan pascaoperasi klien setelah bedah toraks berpusat pada
peningkatan ventilasi dan reekspansi
paru dengan mempertahankan jalan nafas yang
bersih, pemeliharaan sistem drainage
tertutup, meningkatkan rasa nyaman dengan
peredaran nyeri, meningkatkan
masukan nutrisi, dan pemantauan insisi terhadap
perdarahan dan emfisema subkutan.
Daftar Pustaka
Amin muhammad,
Hood Alsagaff, 1989, Pengantar Ilmu Penyakit Paru, Airlangga University Press,
Surabaya..
Barbara
Engram., 1999, Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah. Vol. 1,
Penerbit EGC, Jakarta.
Corwin
E., 2001, Patofisiologi, Cetakan I, EGC, Jakarta
Mansjoer,
Arif., et all., 1999, Kapita Selekta Kedokteran, Fakultas Kedokteran UI
: Media Aescullapius Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar