Selasa, 11 Desember 2012

makalah DHF (Dengue Hemorragic Fever)



BAB I
PENDAHULUAN
A.     Latar Belakang

Dengue yang disebarkan virus disebarkan oleh nyamuk Aedes (Stegomyia). Selama dua dekade terakhir, frekuensi kasus dan epidemi penyakit demam dengue (dengue fever, DF), demam berdarah (dengue hemorragic fever, DHF), dan sindrom syok dengue (dengue syok syndrom, DSS) menunjukkan peningkatan yang dramatis di seluruh dunia. The World Health Report 1996, menyatakan bahwa”kemunculan kembali penyakit infeksisus merupakan suatu peringatan bahwa kemajuan yang telah diraih sampai sejauh ini terhadap keamanan dunia dalam hal kesehatan dan kemakmuran sia-sia belaka”. Laporan tersebut lebih jauh menyebutkan bahwa” penyakit infeksius tersebut berkisar dari penyakit yang terjadi di daerah tropis (seperti malaria dan DHF yang sering terjadi di negara berkembang) hingga penyakit yang ditemukan di seluruh dunia (seperti hepatitis dan penyakit menular seksual [PMS], termasuk HIV/AIDS) dan penyakit yang disebarkan melalui makanan yang mempengaruhi sejumlah besar penduduk dunia baik di negara miskin maupun kaya.

Pada Mei 1993, pertemuan kesehatan dunia yang ke-46 mengajukan suatu resolusi tentang pengendalian dan pencegahan dengue yang menekankan bahwa pengokohan pencegahan dan pengendalian DF, DHF, DSS baik di tingkat lokal maupun nasional harus menjadi salah satu prioritas dari Negara Anggota WHO tempat endemiknya penyakit. Resolusi tersebut juga meminta: (1) strategi yang dikembangkan untuk mengatasi penyebaran dan peningkatan insiden dengue harus dapat dilakukan oleh negara terkait, (2) peningkatan penyuluhan kesehatan masyarakat, (3) mengencarkan promosi kesehatan, (4) memperkuat riset, (5) memperluas surveilens dengue, (6) pemberian panduadalam hal pengendalian vektor, dan (7) mobilisasi sumber daya eksternal untuk pencegahan penyakit harus menjadi prioritas.

Untuk menanggapi resolusi WHA dalam pencegahan dan pengendalian dengue, strategi global untuk operasionalitas kegiatan pengendalian vektor dikembangkan berdasarkan komponen utama seperti, tindakan pengendalian nyamuk yang selektif terpadu dengan partisipasi masyarakat dan kerja sama antarsektor, persiapan kedaruratan, dll. Salah satu penopang utama dalam strategi global adalah peningkatan surveilans yang aktif dan didasarkan pada pemeriksaaan laboratorium yang akurat terhadap DF/DHF dan vektornya. Agar berjalan lancar, setiap negara endemik harus memasukkan penyakit DHF menjadi salah satu jenis penyakit yang harus dilaporkan.
Penyakit ini banyak ditemukan didaerah tropis seperti Asia Tenggara, India, Brazil, Amerika termasuk di seluruh pelosok Indonesia, kecuali di tempat-tempat ketinggian lebih dari 1000 meter di atas permukaan air laut. Dokter dan tenaga kesehatan lainnya seperti bidan dan pak mantri. Seringkali salah dalam penegakkan diagnosa, karena kecenderungan gejala awal yang menyerupai penyakit lain seperti flu dan tipes (typhoid).

B.     Rumusan Masalah
1.      Apakah yang dimaksud dengan DHF?
2.      Apa yang menyebabkan terjadinya penyakit DHF?
3.      Jelaskan patofisiologi dari DHF?
4.      Sebutkan manifestasi dari penyakit DHF tersebut?
5.      Apa saja pemeriksaan diagnostik yang dapat dilakukan pada klien dengan DHF?
6.      Apa saja penatalaksanaan medik dan keperawatan yang dapat dilakukan pada klien DHF?
7.      Sebutkan komplikasi dari penyakit DHF?
8.      Jelaskan bagaimana proses keperawatan pada klien dengan DHF?

1.3 Tujuan
1.      Mahasiswa mampu menjelaskan apa yang dimaksud dengan DHF
2.      Mahasiswa mampu menyebutkan penyebab dari DHF
3.      Mahasiswa mampu menjelaskan tanda dan gejala DHF
4.      Mahasiswa mampu menjelaskan proses keperawatan pada penyakit DHF














BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian


DHF atau dikenal dengan istilah demam berdarah adalah penyakit yang disebabkan oleh Arbovirus ( arthro podborn virus ) dan ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes ( Aedes Albopictus dan Aedes Aegepty ). Demam Berdarah Dengue sering disebut pula Dengue Haemoragic Fever ( DHF ). DHF / DBD adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang tergolong arbovirus dan masuk ke dalam tubuh penderita melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti yang betina. (Suriadi : 2001). Demam dengue adalah penyakit yang terdapat pada anak-anak dan dewasa dengan gejala utama demam, nyeri otot dan sendi, yang biasanya memburuk setelah dua hari pertama terinfeksi virus ( Arif Mansjur : 2001).
Menurut beberapa ahli pengertian DHF sebagai berikut:
DHF adalah demam khusus yang dibawa oleh aedes aegepty dan beberapa nyamuk lain yang menyebabkan terjadinya demam. Biasanya dengan cepat menyebar secara efidemik. (Sir,Patrick manson,2001).Dengue haemorhagic fever (DHF) adalah suatu penyakit akut yang disebabkan oleh virus yang ditularkan oleh nyamuk aedes aegepty (Seoparman, 1996).
v  Klasifikasi Dengue

Who, 1986 mengklasifikasikan DHF menurut derajat penyakitnya menjadi 4 golongan, yaitu:

1.      Derajat I

Demam disertai gejala klinis lain, tanpa perdarahan spontan. Panas 2-7 hari, uji tourniquet positif, trombositipenia, dan hemokonsentrasi.

2.      Derajat II

Sama dengan derajat i, ditambah dengan gejala-gejala perdarahan spontan seperti petekie, ekimosis, hematemesis, melena, perdarahan gusi.

3.      Derajat III

Ditandai oleh gejala kegagalan peredaran darah seperti nadi lemah dan cepat (>120x/mnt ) tekanan nadi sempit ( £ 120 mmhg ), tekanan darah menurun, (120/80 ® 120/100 ® 120/110 ® 90/70 ® 80/70 ® 80/0 ® 0/0 )

4.      Derajat IV

Nadi tidak teraba, tekanan darah tidak teatur, (denyut jantung ³ 140x/mnt) anggota gerak teraba dingin, berkeringat dan kulit tampak biru.


B.     Etiologi
Penyebab utama adalah Arbovirus ( Arthropodborn Virus ) melalui gigitan nyamuk Aedes ( Aedes Albopictus dan Aedes Aegepty ). Yang vektor utamanya adalah Aedes aegypti dan Aedes albopictus. Adanya vektor tesebut berhubungan dengan :
a.       kebiasaan masyarakat menampung air bersih untuk keperlauan sehari-hari.
b.      Sanitasi lingkungan yang kurang baik.
c.       Penyedaiaan air bersih yang langka.

Daerah yang terjangkit DHF adalah wilayah padat penduduk karena antar rumah jaraknya berdekatan yang memungkinkan penularan karena jarak terbang Aedes Aegypti 40-100 m. Aedes Aegypti betina mempunyai kebiasaan menggigit berulang (multiple biters) yaitu menggigit beberapa orang secara bergantian dalam waktu singkat, (Noer, 1999).

C.     Patofisiologi Dan Pathway
Virus akan masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypty. Pertama-tama yang terjadi adalah viremia yang mengakibatkan penderita mengalami demam, sakit kepala, mual, nyeri otot, pegal-pegal diseluruh tubuh, ruam atau bintik-bintik merah pada kulit (petekie), hyperemia tenggorokan dan hal lain yang mungkin terjadi seperti pembesaran kelenjar getah bening, pembesaran hati (Hepatomegali) dan pembesaran limpa (Splenomegali).Kemudian virus akan bereaksi dengan antibody dan terbentuklah kompleks virus-antibody. Dalam sirkulasi akan mengaktivasi system komplemen.  Akibat aktivasi C3 dan C5 akan dilepas C3a dan C5a, dua peptida yang berdaya untuk melepaskan histamine zat anafilaktosin dan serotonin serta aktivitas system kalikreain yang berakibat ekstravasasi cairan intravaskuler, dan merupakan mediator kuat sebagai factor meningkatnya permeabilitas dinding kapiler pembuluh darah yang mengakibatkan terjadinya perembesan plasma ke ruang ekstra seluler. Hal ini berakibat berkurangnya volume plama, terjadinya hipotensi, hemokonsentrasi, hipoproteinemia, efusi dan renjatan. Peningkatan permeabilitas kapiler terjadi.
Perembesan plasma ke ruang ekstra seluler mengakibatkan berkurangnya volume plasma, terjadi hipotensi, hemokonsentrasi, dan hipoproteinemia serta efusi dan renjatan (syok). Hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit > 20 %) menunjukkan atau menggambarkan adanya kebocoran (perembesan) plasma sehingga nilai hematokrit menjadi penting untuk patokan pemberian cairan intravena.Terjadinya trobositopenia, menurunnya fungsi trombosit dan menurunnya faktor koagulasi (protombin dan fibrinogen) merupakan faktor penyebab terjadinya perdarahan hebat , terutama perdarahan saluran gastrointestinal pada DHF. Adanya kebocoran plasma ke daerah ekstra vaskuler dibuktikan dengan ditemukannya cairan yang tertimbun dalam rongga serosa yaitu rongga peritoneum, pleura, dan pericard yang pada otopsi ternyata melebihi cairan yang diberikan melalui infus.
Setelah pemberian cairan intravena, peningkatan jumlah trombosit menunjukkan kebocoran plasma telah teratasi, sehingga pemberian cairan intravena harus dikurangi kecepatan dan jumlahnya untuk mencegah terjadinya edema paru dan gagal jantung, sebaliknya jika tidak mendapatkan cairan yang cukup, penderita akan mengalami kekurangan cairan yang dapat mengakibatkan kondisi yang buruk bahkan bisa mengalami renjatan. Jika renjatan atau hipovolemik berlangsung lama akan timbul anoksia jaringan, metabolik asidosis dan kematian apabila tidak segera diatasi dengan baik. Sebab lain kematian pada DHF adalah perdarahan hebat. Perdarahan umumnya dihubungkan dengan trombositopenia, gangguan fungsi trombosit dan kelainan fungsi trombosit.
Fungsi agregasi trombosit menurun mungkin disebabkan proses imunologis terbukti dengan terdapatnya kompleks imun dalam peredaran darah. Kelainan system koagulasi disebabkan diantaranya oleh kerusakan hati yang fungsinya memang tebukti terganggu oleh aktifasi system koagulasi. Masalah terjadi tidaknya DIC pada DHF/ DSS, terutama pada pasien dengan perdarahan hebat.Gangguan hemostasis pada DHF menyangkut 3 faktor yaitu : perubahan vaskuler, trombositopenia dan gangguan koagulasi. Pada otopsi penderita DHF, ditemukan tanda-tanda perdarahan hampir di seluruh tubuh, seperti di kulit, paru, saluran pencernaan dan jaringan adrenal.
PATHWAY

Sanitasi yg buruk
 

Nyamuk aedes aegepty
 

                                                                    viremia
 



terbntuk kompleks                        perbnyak diri                               permeabilitas kapiler
antigen-antibody                                 hepar                                       meningkat
 

mengaktivasi                                 hepatomegali                                          kebocoran
sistem komplemen                                                                                       plasma
nyeri
                                                             
mlpskn C3a & C5a (peptida)
                                                                                               ekstra                                hipo        
hipotalamus                                                                            vaskuler                          volumia
hipertermi
 
hipetermi                                                                          efusi pleura                                   
                                                                                                  &                       syok               
-anoreksia                                                                              asites                  (renjatan)                
- mual muntah                                                                                                                           
Ancietas
                                                                                             Ancietas             kematian
Gg.Perubahan nutrisi
Kurang dari kebutuhan
prubhn nutrisi
Kekurangan volume cairan
kurng dri kbtuhn










D.    Manifestasi Klinis

Bervariasi berdasarkan derajat DHF, dengan masa inkubasi 13-15 hari, tetapi rata-rata 5-8 hari. Penderita biasanya mengalami demam akut (suhu meningkat tiba-tiba), sering disertai menggigil. Dengan adanya gejala-gejala klinis yang dapat menimbulkan terjadinya DHF seperti adanya gejala pendarahan pada kulit (ptekie, ekimosis, hematom) dan pendarahan lain (epitaksis, hematemesis, hematuri, dan melena) tingkat keparahan yang ditemui dari hasil pemeriksaan darah lengkap. Selain demam dan pendarahan yang merupakan ciri khas dhf, gambaran klinis lain yang tidak khas yang biasa dijumpai pada penderita dhf adalah :


a.     Keluhan pada saluran pernafasan seperti batuk, pilek, sakit waktu menelan.
b.    Keluhan pada pencernaan : mual, muntah, tidak nafsu makan (anoreksia)diare, konstipasi.
c.     Keluhan pada sistem tubuh lain :
1.         Nyeri atau sakit kepala.
2.         Nyeri pada otot, tulang, dan sendi (break bone fever)
3.         Nyeri otot abdomen, nyeri ulu hati
4.         Pegal-pegal pada seluruh tubuh
5.         Kemerahan pada kulit, kemerahan (flushing) pada muka
6.         Pembengkakan sekitar mata, lakrimasi dan foto fobia. Otot-otot sekitar mata sakit apabila disentuh dan pergerakan bola mata terasa pegal.
7.         Trombosit < 500.000 / mm3
E.      Komplikasi

a.       DHF mengakibatkan pendarahan pada semua organ tubuh, seperti pendarahan ginjal, otak, jantung, paru paru, limpa dan hati. Sehingga tubuh kehabisan darah dan cairan serta menyebabkan kematian.
b.      Ensepalopati.
c.       Gangguan kesadaran yang disertai kejang.
d.      Disorientasi, prognosa buruk.


F.     Pemeriksaan dan Diagnosis

-          Trombositopeni ( £ 100.000/mm3)
-          Hb dan PCV meningkat ( ³ 20% )
-          Leukopeni ( mungkin normal atau lekositosis )
-          Isolasi virus
-          Serologi ( Uji H ): respon antibody sekunder
-          Pada renjatan yang berat, periksa : Hb, PCV berulang kali ( setiap jam atau 4-6 jam apabila sudah menunjukkan tanda perbaikan ), Faal hemostasis, FDP, EKG, Foto dada, BUN, creatinin serum.

v  Pemeriksaan penunjang
1.      Darah
a.       Trombositopenia ( N : 150.000-400.000/ui )
b.      Hemokonsentrasi ( N pria : 40-48 Nol % )
c.       Mas pembekuan normal ( 10-15 )
d.      Masa pendarahan memanjang ( N = 1-3 )
e.       Kimia darah : – Hiponatremia.
f.       Hipoproteinemia
g.       Hipokalemia
h.      SGOT, SGPT meningkat ( N < 12 u / i )
i.        Ureum meningkat.
2.      Urine
a.    Albuminurial ringan
3.      Sumsum tulang
Awal hiposelular kemudian menjadi hiperselular pada hari ke-5 dengan gangguan maturasi. Hari ke-10 biasanya kembali normal.
4.      Pemeriksaan serologi
Dilakukan pengukuran titer antibodi pasien dengan cara haema glutination inhibition tes (HI test) atau dengan uji pengikatan komplemen (complement fixation test/CFT) diambil darah vena 2-5 ml)
5.      Foto thorak
Mungkin dijumpai pleural Efusion
6.      USG

v  Hematomegali – Splenomegali. ( Noer, 1999)
A.     Darah
a.       Trombosit menurun. (N: 150.000-450.000/cmm)
b.      HB meningkat lebih 20 % (N: 12.00 – 16.00)
1.      HgB wanita dewasa : 12 – 16 g/dl
2.      HgB pria dewasa : 14 – 18 g/dl
c.       HT meningkat lebih 20 % ( N:  37.00 -47.00 )
1.         HCT wanita dewasa : 38 – 47%
2.         HCT pria dewasa : 42 – 50%
d.      Leukosit menurun pada hari ke 2 dan ke 3
e.       Protein darah rendah
f.       Ureum PH bisa meningkat
g.       NA dan CL rendah
B.     Serology : HI (hemaglutination inhibition test).
§  Rontgen thorax : Efusi pleura.
§  Uji test tourniket (+)


G.    Penatalaksanaan medis

                            i.      DHF Tanpa Renjatan

·         Beri minum banyak ( 1 ½ – 2 liter / hari )

·         Obat anti piretik, untuk menurunkan panas, dapat juga dilakukan kompres

·         Jika kejang maka dapat diberi luminal  ( antionvulsan ) untuk anak <1th dosis 50 mg im dan untuk anak >1th 75 mg im. Jika 15 menit kejang belum teratasi , beri lagi luminal dengan dosis 3mg / kb bb ( anak <1th dan pada anak >1th diberikan 5 mg/ kg bb.

·         Berikan infus jika terus muntah dan hematokrit meningkat



                         ii.      DHF Dengan Renjatan

·   Pasang infuse(RL, NaCl Faali) yang biasa digunakan
·   Jika dengan infus tidak ada respon maka berikan plasma expander  (20– 30 ml/ kg BB )
·    Tranfusi jika Hb dan Ht turun

H.    Penatalaksanaan Keperawatan

1.      Pengawasan tanda – tanda vital secara kontinue tiap jam
2.      Pemeriksaan Hb, Ht, Trombocyt tiap 4 Jam
3.      Observasi intik output
4.      Diet makan lunak
5.      Pada pasienDHF derajat I : Pasien diistirahatkan, observasi tanda vital tiap 3   jam , periksa Hb, Ht, Thrombosit tiap 4 jam beri minum 1 ½ liter – 2 liter per hari, beri kompres.
6.      Pada pasien DHF derajat II : pengawasan tanda vital, pemeriksaan Hb, Ht, Thrombocyt, perhatikan gejala seperti nadi lemah, kecil dan cepat, tekanan darah menurun, anuria dan sakit perut, beri infus.
7.      Pada pasien DHF derajat III : Infus guyur, posisi semi fowler, beri o2 pengawasan tanda – tanda vital tiap 15 menit, pasang cateter, obsrvasi productie urin tiap jam, periksa Hb, Ht dan thrombocyt.

a.       Resiko Perdarahan
·         Obsevasi perdarahan : Pteckie, Epistaksis, Hematomesis dan melena
·         Catat banyak, warna dari perdarahan
·         Pasang NGT pada pasien dengan perdarahan tractus Gastro Intestinal
b.      Peningkatan suhu tubuh
·         Observasi / Ukur suhu tubuh secara periodik
·         Beri minum banyak
·         Berikan kompres




 

 

 

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN


Dalam asuhan keperawatan digunakan pendekatan proses keperawatan sebagai cara untuk mengatasi masalah klien. Proses keperawatan terdiri dari 5 tahap yaitu : pengkajian keperawatan, identifikasi, analisa masalah (diagnosa keperawatan, perencanaan, implementasi dan evaluasi).


A.     Pengkajian Keperawatan
Dalam memberikan asuhan keperawatan, pengkajian merupakan dasar utama dan hal penting dilakukan oleh perawat. Hasil pengkajian yang dilakukan perawat terkumpul dalam bentuk data. Adapun metode atau cara pengumpulan data yang dilakukan dalam pengkajian : wawancara, pemeriksaan (fisik, laboratorium, rontgen), observasi, konsultasi.
a.       Identitas
DHF merupakan penyakit daerah tropis yang sering menyebabkan kematian anak, remaja dan dewasa ( Effendy, 1995 )
b.    Keluhan Utama
Pasien mengeluh panas, sakit kepala, lemah, nyeri ulu hati, mual dan nafsu makan menurun.
c.    Riwayat penyakit sekarang
Riwayat kesehatan menunjukkan adanya sakit kepala, nyeri otot, pegal seluruh tubuh, sakit pada waktu menelan, lemah, panas, mual, dan nafsu makan menurun.
d.    Riwayat penyakit terdahulu
Tidak ada penyakit yang diderita secara specific.
e.     Riwayat penyakit keluarga
Riwayat adanya penyakit DHF pada anggota keluarga yang lain sangat menentukan, karena penyakit DHF adalah penyakit yang bisa ditularkan melalui gigitan nyamuk aides aigepty.
f.     Riwayat Kesehatan Lingkungan
Biasanya lingkungan kurang bersih, banyak genangan air bersih seperti kaleng bekas, ban bekas, tempat air minum burung yang jarang diganti airnya, bak mandi jarang dibersihkan.
g.    Riwayat Tumbuh Kembang
h.    Pengkajian Per Sistem:
1.         Sistem Pernapasan
Sesak, perdarahan melalui hidung, pernapasan dangkal, epistaksis, pergerakan dada simetris, perkusi sonor, pada auskultasi terdengar ronchi, krakles.
2.         Sistem Persyarafan
Pada grade III pasien gelisah dan terjadi penurunan kesadaran serta pada grade IV dapat trjadi DSS
3.         Sistem Cardiovaskuler
Pada grde I dapat terjadi hemokonsentrasi, uji tourniquet positif, trombositipeni, pada grade III dapat terjadi kegagalan sirkulasi, nadi cepat, lemah, hipotensi, cyanosis sekitar mulut, hidung dan jari-jari, pada grade IV nadi tidak teraba dan tekanan darah tak dapat diukur.
4.         Sistem Pencernaan
Selaput mukosa kering, kesulitan menelan, nyeri tekan pada epigastrik, pembesarn limpa, pembesaran hati, abdomen teregang, penurunan nafsu makan, mual, muntah, nyeri saat menelan, dapat hematemesis, melena.
5.         Sistem perkemihan
Produksi urine menurun, kadang kurang dari 30 cc/jam, akan mengungkapkan nyeri sat kencing, kencing berwarna merah.
6.         Sistem Integumen.
Terjadi peningkatan suhu tubuh, kulit kering, pada grade I terdapat positif pada uji tourniquet, terjadi pethike, pada grade III dapat terjadi perdarahan spontan pada kulit.

Dalam pengkajian kita juga mendapatkan data subjekyif dan data obyektif.
a.         Data subyektif yang biasa terdapat pada klien DHF
1.     Lemah.
2.     Panas atau demam.
3.     Sakit kepala.
4.     Anoreksia, mual, haus, sakit saat menelan.
5.     Nyeri ulu hati.
6.     Nyeri pada otot dan sendi.
7.     Pegal-pegal pada seluruh tubuh.
8.     Konstipasi (sembelit).
b.         Data obyektif
1.     Suhu tubuh tinggi, menggigil, wajah tampak kemerahan.
2.     Mukosa mulut kering, perdarahan gusi, lidah kotor.
3.     Tampak bintik merah pada kulit (petekia), uji torniquet (+), epistaksis, ekimosis,
4.     Hiperemia pada tenggorokan.
5.     Nyeri tekan pada epigastrik.
6.     Pada palpasi teraba adanya pembesaran hati dan limpa.
7.     Pada renjatan (derajat IV) nadi cepat dan lemah, hipotensi, ekstremitas dingin, gelisah, sianosis perifer, nafas dangkal.

B.     Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang ditemukan pada pasien DHF (Christiante Effendy, 1995) yaitu:
  1. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses penyakit (viremia).
  2. Nyeri berhubungan dengan proses patologis penyakit
  3. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan mual, muntah, anoreksia.
  4. Kurangnya volume cairan tubuh berhubungan dengan peningkatan permeabilitas dinding plasma.
  5. Kecemasan berhubungan dengan kondisi penyakit yang semakin memburuk


C.     Intervensi Keperawatan
DX I: Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses penyakit (viremia).
Tujuan :
·      Suhu tubuh normal (36 – 37oC).
·      Pasien bebas dari demam.
Criteria hasil :
·      Suhu tubuh antara 36 – 37o C
·      Nyeri otot hilang
Intervensi :
a.       Kaji saat timbulnya demam.
Rasional : untuk mengidentifikasi pola demam pasien.
b.      Beri kompres air hangat
Rasional : kompres air hangat terjadi vasodilatasi yang dapat meningkatkan penguapan yang mempercepat penurunan suhu tubuh.
c.       Berikan / anjurkan pasien untuk banyak minum 1500-2000 cc/hari (sesuai toleransi)
Rasional : Untuk mengganti cairan tubuh yang hilang akibat evaporasi.
d.      Anjurkan pasien untuk menggunakan pakaian yang tipis dan mudah menyerap keringat
Rasional : Memberikan rasa nyaman dan pakaian yang tipis mudah menyerap keringat dan tidak merangsang peningkatan suhu tubuh.
e.       Observasi intake dan output, tanda vital ( suhu, nadi, tekanan darah ) tiap 3 jam sekali atau lebih sering.
Rasional : Mendeteksi dini kekurangan cairan serta mengetahui keseimbangan cairan dan elektrolit dalam tubuh. Tanda vital merupakan acuan untuk mengetahui keadaan umum pasien.
f.       Berikan terapi cairan intravena dan obat-obatan sesuai program dokter.
Rasional : pemberian cairan sangat penting bagi pasien dengan suhu tinggi.
g.       Kolaborasi : pemberian cairan intravena dan pemberian obat sesuai program.
Rasional : Pemberian cairan sangat penting bagi pasien dengan suhu tubuh yang tinggi. Obat khususnyauntuk menurunkan suhu tubuh pasien.

DX 2: Nyeri berhubungan dengan proses patologis penyakit.
Tujuan: Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan rasa nyeri berkurang dan rasa aman terpenuhi.
 Kriteria hasil :
·            Keluhan hilangnya/terkontronya rasa sakit
·            Menunjukkan posisi/ekspresi wajah rileks
·            Dapat tidur/beristirahat adekuat
Intervensi :
a.    Kaji keluhan nyeri, perhatikan lokasi, intensitas (skala 1-10), frekuensi dan waktu. Menandai gejala nonverbal misalnya gelisah, takikardia, meringis.
Rasional: mengindikasikan kebutuhan untuk intervensi dan juga tanda-tanda perkembangan/resolusi komplikasi.
b.    Dorong pengungkapan perasaan
Rasional: dapat mengurangi ansietas dan rasa takut, sehingga mengurangi persepsi akan intensitas rasa sakit.
c.    Lakukan tindakan paliatif, misalnya pengubahan posisi, masase, rentang gerak pada sendi yang sakit.
Rasional: meningkatkan relaksasi/menurunkan tegangan otot.
d.   Instruksikan klien untuk menggunakan relaksasi progresif, tekhnik napas dalam.
Rasional: meningkatkan relaksasi dan perasaan sehat
e.    Alihkan perhatian pasien dari rasa nyeri (distraksi) seperti membaca, menonton TV dll.
Rasional: dengan melakukan aktivitas lain, pasien dapat melupakan perhatiannya terhadap nyeri yang dialami.
f.     Kolaborasi pemberian analgetik/antipiretik
Rasional: memberikan penurunan nyeri. Mengurangi demam

DX 3: Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi, kurang dari kebutuhan berhubungan dengan mual, muntah, anoreksia.
Tujuan : Kebutuhan nutrisi pasien terpenuhi, pasien mampu menghabiskan makanan sesuai dengan porsi yang diberikan /dibutuhkan.
Criteria hasil:
·         Klien menunjukkan berat badan meningkat
·         Klien menunjukkan adanya nafsu makan
Intervensi :
a.       Kaji keluhan mual, sakit menelan, dan muntah yang dialami pasien.
Rasional : Untuk menetapkan cara yang tepat untuk mengatasinya.
b.       Kaji cara / bagaimana makanan dihidangkan.
Rasional : Cara menghidangkan makanan dapat mempengaruhi nafsu makan pasien.
c.        Berikan makanan yang mudah ditelan seperti bubur.
Rasional : Membantu mengurangi kelelahan pasien dan meningkatkan asupan makanan .
d.       Berikan makanan dalam porsi kecil dan frekuensi sering.
Rasional : Untuk menghindari mual.
e.        Berikan makanan dalam kondisi hangat.
Rasional: makanan hangat dapat meningkatkan nafsu makan
f.        Catat jumlah / porsi makanan yang dihabiskan oleh pasien setiap hari. Rasional : Untuk mengetahui pemenuhan kebutuhan nutrisi.
g.        Berikan obat-obatan antiemetik sesuai program dokter.
Rasional : Antiemetik membantu pasien mengurangi rasa mual dan muntah dan diharapkan intake nutrisi pasien meningkat.
h.       Ukur berat badan pasien setiap minggu.
Rasional : Untuk mengetahui status gizi pasien

DX 4: Kurangnya volume cairan tubuh berhubungan dengan peningkatan permeabilitas dinding plasma.
Tujuan : setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan volume cairan terpenuhi.

Criteria hasil:
1.       Input dan output seimbang/terpenuhi
2.       Vital sign dalam batas normal
3.       Turgor kulit baik
4.       Akral hangat
Intervensi :
a.       Kaji keadaan umum pasien (lemah, pucat, takikardi) serta tanda-tanda vital.
Rasional : Menetapkan data dasar pasien untuk mengetahui penyimpangan dari keadaan normalnya.
b.       Observasi tanda-tanda syock.
Rasional : Agar dapat segera dilakukan tindakan untuk menangani syok.
c.        Berikan cairan intravena sesuai program dokter.
Rasional : Pemberian cairan IV sangat penting bagi pasien yang mengalami kekurangan cairan tubuh karena cairan tubuh karena cairan langsung masuk ke dalam pembuluh darah.
d.       Anjurkan pasien untuk banyak minum.
Rasional : Asupan cairan sangat diperlukan untuk menambah volume cairan tubuh.
e.        Catat intake dan output.
Rasional : Untuk mengetahui keseimbangan cairan.
f.        Catat peningkatan suhu tubuh dan durasi demam. Berikan kompres hangat sesuai indikasi
Rasional: meningkatkan kebutuhan metabolisme dan diaforesis yang berlebihan yang dihubungkan dengan demam dalam meningkatkan kehilangan cairan.


DX 5: Kecemasan berhubungan dengan kondisi penyakit yang semakin memburuk
Tujuan : setelah dilakukan asuhan keperawatan diharapkan Kecemasan klien berkurang.
Kriteria hasil: klien tampak rileks, klien tidak cemas lagi.
Intervensi :
a.       Kaji rasa cemas yang dialami pasien.
Rasional : Menetapkan tingkat kecemasan yang dialami pasien.
b.      Jalin hubungan saling percaya dengan pasien.
Rasional : Pasien bersifat terbuka dengan perawat.
c.       Tunjukkan sifat empati
Rasional : Sikap empati akan membuat pasien merasa diperhatikan dengan baik.
d.      Beri kesempatan pada pasien untuk mengungkapkan perasaannya
Rasional : Meringankan beban pikiran pasien.
e.       Gunakan komunikasi terapeutik
Rasional : Agar segala sesuatu yang disampaikan diajarkan pada pasien memberikan hasil yang efektif.




























BAB IV
PENUTUP

A.     Kesimpulan
DHF / DBD adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang tergolong arbovirus dan masuk ke dalam tubuh penderita melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti yang betina. (Suriadi : 2001).Demam dengue adalah penyakit yang terdapat pada anak-anak dan dewasa dengan gejala utama demam, nyeri otot dan sendi, yang biasanya memburuk setelah dua hari pertama terinfeksi virus ( Arif Mansjur : 2001).Penderita biasanya mengalami demam akut (suhu meningkat tiba-tiba), sering disertai menggigil. Dengan adanya gejala-gejala klinis yang dapat menimbulkan terjadinya dhf seperti adanya gejala pendarahan pada kulit (ptekie, ekimosis, hematom) dan pendarahan lain (epitaksis, hematemesis, hematuri, dan melena) tingkat keparahan yang ditemui dari hasil pemeriksaan darah lengkap.
Fokus pengobatan pada penderita penyakit DBD adalah mengatasi perdarahan, mencegah atau mengatasi keadaan syok/presyok, yaitu dengan mengusahakan agar penderita banyak minum sekitar 1,5 sampai 2 liter air dalam 24 jam (air teh dan gula sirup atau susu).Pencegahan dilakukan dengan menghindari gigitan nyamuk diwaktu pagi sampai sore, karena nyamuk aedes aktif di siang hari (bukan malam hari). Misalnya hindarkan berada di lokasi yang banyak nyamuknya di siang hari, terutama di daerah yang ada penderita DBD nya. Beberapa cara yang paling efektif dalam mencegah penyakit DBD melalui metode pengontrolan atau pengendalian vektornya adalah :
-          Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN), pengelolaan sampah padat, modifikasi tempat. perkembangbiakan nyamuk hasil samping kegiatan manusia, dan perbaikan desain rumah.
-          Pemeliharaan ikan pemakan jentik (ikan adu/ikan cupang) pada tempat air kolam, dan bakteri (Bt.H-14).
-          Pengasapan/fogging (dengan menggunakan malathion dan fenthion).
-          Memberikan bubuk abate (temephos) pada tempat-tempat penampungan air seperti, gentong air, vas bunga, kolam, dan lain-lain.
B. Saran
Semoga Makalah yang kami susun ini bermanfaat bagi kita semua terutama bagi Mahasiswa/i Kesehatan, sehingga dapat membantu proses pembelajaran, dan dapat mengefektifkan kemandirian dan kreatifitas Mahasiswa. Selain itu, diperlukan lebih banyak   referensi untuk menunjang proses pembelajaran selanjutnya .